Senin, 28 Oktober 2013

BETINA BARU

Pada bulan Oktober ini Padepokan Watugunung mendapatkan dukungan 3 betina baru dari Shakila Bird Farm (SKL Bf) Jatibarang, Indramayu. Dua diantaranya sudah siap produksi dan satu ekor baru trotol (usia 3 bulan).  Ketiga betina itu adalah
1. Anak trah Sadewa dengan ring SKL 721 biru yang menetas 23/4/2012
2. Anak trah Renggong dengan ring SKL 572 hijua yang menetas 28/6/2012
3. Anak trah Rambo dengan ring SKL 83 hitam yang menetas Juli 2013

Betina anak trah Sadewa saat ini sedang disandingkan agar jodoh dengan si Bleketepe, sedangkan anak trah Renggong sudah berada dalam satu kandang dengan si Hilal anak Exotic dari Hilkast Bf Malang. Anak trah Rambo masih berusia 3 bulan yang nantinya akan disandingkan dengan jantan anak si Bleketepe yang saat ini berusia 7 bulan.

Inilah penampakan ketiganya

BETINA TRAH SADEWA DALAM PENJODOHAN DENGAN SI BLEKETEPE

BETINA TRAH RENGGONG DIPERISTRI SI HILAL TRAH EXOTIC

BETINA TRAH RAMBO USIA 3 BULAN






Menurut Bp. H. Syamsul Syahputro, owner SKL Bf, murai batu jantan si Sadewa (bapak dari betina SKL 721) diperolehnya dari Om Herry Aceh pada tahun 2010. Gaya tarungnya ngeplay sangat indah dipandang apalagi didukung dengan ekornya yang lentur dan memiliki panjang 22 cm. Volume tembus, typikal suaranya kasar dengan besetan2nya yang tajam. Dengan gen kakeknya seperti itu dan dikawinkan dengan si Bleketepe murai batu jantan dengan typikal nagen, volume tembus, dengan tembakan kasar, panjang ekor 21,5 cm dapat kita harapkan anak-anaknya nanti akan memiliki sifat yang istimewa.

Inilah induk SKL 721, murai batu jantan si Sadewa, foto diambil dari http://sklbirdfarm.com.

 

Murai batu si Renggong diperoleh Bp. H. Syamsul dari seorang Hobbies Bandung,  murai batu ini sangat cerdas dengan kepandaiannya melantunkan isiannya Cililin, Lovebird, Siri-siri. Suaranya tajam-tajam, besetannya panjang-panjang dengan typikal menutup suara musuh, maksudnya apabila burung saingannya dalam kontes berbunyi si Renggong ini masih tetap diam, tetapi begitu musuhnya berhenti mengeluarkan suara maka dia langsung meneruskannya. Oleh Pak Haji si Renggong ini dikawinkan dengan betina yang berasal dari wilayah Indra Puri, NAD. Hasil anakannya, salah satunya yaitu RENGGONG SKL 572 ini yang memiliki suara cetrekan yang keras untuk ukuran seekor murai betina. Betina dengan sifat-sifat unggul tersebut akan kami gabungkan dengan sifat-sifat unggul milik trah Exotic, volume diatas rata-rata, cerdas (sudah terpantau melantunkan cililin, lovebird dll) dan ekor panjang. 

Inilah induk SKL 572, murai batu jantan si Renggong, foto diambil dari http://sklbirdfarm.com.:



Untuk induk dari SKL 83 hitam, yaitu si Rambo, ceritanya akan saya kopi paste saja dari sumber aslinya,
 http://sklbirdfarm.com, karena sangat dramatis bagaimana jalan panjang Pak H. Syamsul dalam pencarian untuk mendapatkannya.


Profil MB Jantan Kandang RAMBO…

Home » Artikel Pilihan » Profil MB Jantan Kandang RAMBO…

Sesuai namanya RAMBO, burung ini memang jagoan di wilayah hutan di NAD, tepatnya di salah satu hutan bebukitan Jantho – Aceh Besar. Kami sudah lama mendengar berita mengenai murai batu ini sewaktu kami berkunjung ke Aceh pertama kali. Saat itu kami hanya melihat salah satu anakannya yang dijadikan burung pikat oleh pemiliknya yang berprofesi sebagai tukang pikat MB.

Konon anakannya ini sudah sangat berjasa kepada pemiliknya karena sudah banyak sekali menggaet burung murai batu terperangkap pada alat jerat sang majikannya. Tetapi kami tidak tertarik dengan burung pikat ini karena terkesan bersifat jinak. Saat itu kami tanyakan dimana keberadaan dan bagaimana karakter (fighter), volume dan typikal suara bapaknya di alam bebas sana.

“Wuah, dahsyat Bang. Aku sendiri belum pernah melihat model MB seperti dia, tetapi sangat sulit ditangkap. Jadi yang kami tangkap hanya anakan-anakannya saja. Istrinya ada 4 ekor tersebar di hutan bukit seberang sana.” cerita tukang pikatnya kala itu. Diam-diam hati saya tertarik untuk memiliki bapakannya ini. Jadi saya order saja kepadanya, jika kapan-kapan burung tersebut tertangkap agar segera menghubungi kami.

Hampir setahun kami menunggu kabar darinya tetapi tidak ada kabar beritanya, nomer handphonenya juga terakhir sampai hilang entah kemana karena saya sudah beberapa kali ganti handphone. Eh… suatu hari si tukang pikat itu menelpon saya untuk menawarkan burung-burung murai hasil tangkapannya. Saya sendiri sudah lupa akan suaranya, tetapi dasar masih jodoh sehingga kami masih bisa saling berkomunikasi kembali.
Terus terang saya menolak semua murai batu hasil tangkapannya karena di penangkaran kami masih terdapat murai-murai (maaf !!!) yang lebih baik dari yang ditawarkannya. Terakhir-akhir ini terus terang kami sudah tidak begitu getol hunting MB lagi jika bukan MB-MB yang spesial.

Akhirnya saya tanyakan bagaimana dengan keberadaan MB Jagoan di hutan yang dulu pernah dia ceritakan.
“Yang mana yah Bang?” tanya dia balik.
“Bapakannya burung pikat kamu,” jawab saya.
“Oh yang itu Bang…” timpal dia. Akhirnya dia bercerita bahwa MB tersebut sudah tertangkap oleh rekannya yang biasa menangkap burung murai daun atau cukcak hijau, tanpa disengaja. Jadi suatu hari rekannya itu memasang jaring di wilayah kekuasaan MB tersebut untuk memikat burung murai daun/cukcak ijo lalu dia tinggalkan begitu saja, begitu dia kembali beberapa jam untuk mengontrol jaring perangkapnya ternyata yang tertangkap malah seekor murai batu yang sudah tampak kelelahan.
Si pemikat murai daun ini tampak kebingungan apa yang harus dia lakukan karena dia tahu bahwa yang ditangkapnya ini adalah satu-satunya burung murai batu jantan yang masih berkeliaran di bukit hutan itu. Dan diapun tahu bahwa murai inilah yang dicari-cari banyak orang, terutama oleh rekan dekatnya itu.

Pemikat murai daun itu kebingungan apakah membawa pulang murai ini atau dilepaskan lagi, dia merenung sejenak…akhirnya mengambil keputusan untuk membawa pulang burung murai ini. Dasar pertimbangannya sederhana saja yaitu ini merupakan rejeki dan haknya, jadi mengapa harus ditolak dan burung-burung yang berterbangan di alam bebas sana tidak ada pemilik tetapnya kecuali Allah SWT meskipun dia sebenarnya adalah aslinya pemikat burung murai daun. Memang tepat dasar pemikirannya, siapapun yang berhasil menangkapnya itulah pemiliknya.

Pakem inipun berlaku bagi burung piaraan rumahan yang tiba-tiba terbang lepas dari tangan pemiliknya, siapapun yang berhasil menangkapnya itulah pemilik barunya. Hanya berdasarkan pertimbangan rasa kemanusiaan saja si pemilik barunya bisa menyerahkan burung tangkapannya itu kepada pemilik lamanya, tentunya dengan kesepakatan-kesepakatan diantara keduanya alias uang tebusan.

Nah bagaimana dengan burung-burung yang berterbangan bebas di alam liar sana? Apakah ada atau bolehkah seseorang mengaku burung-burung tersebut adalah miliknya? Yah jelas tidak ada aturan yang mengaturnya. Atas dasar pertimbangan yang sederhana inilah akhirnya si pemikat burung murai daun itu membawa pulang burung murai jagoan ini. Diapun tidak perlu laporan kepada rekannya yang notabene asli pemikat burung murai batu bahwa si RAMBO tertangkap olehnya. Tetapi namanya manusia, suatu saat dia bertemu dengan rekannya, pemikat MB itu, dan akhirnya berceritalah apa yang dia alami.
“Yah…itu adalah rejekimu,” jawab rekannya, pemikat murai batu itu, dengan legowo.

Si pemikat MB ini akhirnya bercerita apa adanya kapada saya, tetapi dia tidak memberi tahu siapa yang mendapatkan burung murai RAMBO ini. Tak apalah, karena itu adalah haknya juga. Dan inilah seninya bagi kami untuk mencari tahu siapa gerangan pemikat burung murai daun itu. Tidak lebih dari satu hari kami mendapatkan namanya melalui cara kontra intelegent versi kami. He…he. Agak over dosis kali istilahnya.
Setelah kami bertatap muka dengan pemikat burung murai daun ini, dia menceritakan bahwa burung tersebut sudah dijualnya ke orang Banda-Aceh, kami kejar sampai ke Banda-Aceh, tentunya dengan membawa tukang pikat murai daun ini untuk bisa mengidentifikasi burungnya. Sesampainya di Banda-Aceh kami mendapat kabar yang kurang mengenakan hati karena burung tersebut sudah dijual kepada suadaranya di Medan yang juga seorang pengepul burung.

Kami tidak putus asah, kami minta tolong pengepul di Banda-Aceh itu untuk mengontak saudaranya yang di Medan. Dia siap membantu. Setelah mereka berkomukasi, akhirnya didapat kabar bahwa murai itu masih belum dijual oleh saudaranya di Medan karena RAMBO ini ternyata lain daripada yang lain yaitu saat paket tiba di Medan dan dibuka tidak menunggu sehari atau bahkan hitungan jam RAMBO sudah nembak-nembak atau mengeluarkan suara ngeplong-ngeplong. Makanya burung RAMBO ini tidak langsung dijual lagi oleh pemilik barunya.

Dengan membawa serta si Tukang Pikat Murai Daun ini kami meneruskan petualangan si BOLANG ke Medan. Sesampainya di Medan kami langsung menuju ke rumah pengepul burung itu, ternyata si pemikat murai daun ini masih mengenal sangat baik ciri-ciri physik RAMBO terutama suaranya karena kebetulan saat itu si RAMBO sedang dijemur di depan toko pengepulnya.


“Ini Bang burungnya,” sontak pemikat murai daun mengagetkan saya begitu sampai di depan toko burung di Medan.
“Yakin?” tukas saya.
“Yakin, 120% Bang!” tegasnya. “Buat apa saya bohong, kan saya pun sama-sama belum mengenal pemilik tokonya Bang!” ujarnya meyakinkan.

Setelah saya amati dari kejauhan memang RAMBO ini memiliki beberapa keistimewaan, terutama mental dan suaranya. Jadi misalkan si RAMBO ini bukan jagoan hutanpun sepertinya saya tetap akan meminangnya. He…he. Dasar mata burung, tidak akan puas mengoleksi burung jika melihat burung-burung cantik. Penampilan physiknya sangat mengagumkan, badan panjang dan ngejantung pisang, sangat athletis (foto paling atas). Yang sangat menarik adalah bukaan paruhnya yang sangal lebar, ciri khas volume MB yang dahsyat (foto paling atas). Kepala besar dan batok kepalanya lebar diatas rata-rata, pertanda mental fighternya sangat tinggi (foto paling bawah). Sorot matanya tajam dan typikal MB Penguasa Wilayah adalah gampang dijodohkan karena (maaf !!!) di hutannya punya istri lebih dari satu alias doyan kawin. Jadi di tempat kamipun dia sudah berproduksi meskipun belum lama kami masukan ke dalam kandang ternak.



Memang sudah jodoh kami, Alhamdulillah…dengan kesepakatan deal yang cepat akhirnya RAMBO ini bisa kami miliki. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung kami untuk mendapatkan murai RAMBO ini, terutama kepada Allah SWT yang telah mengijinkan kami untuk merawatnya. Amin…

Terimakasih Bp H Syamsul Syahputro atas perkenannya waTGun bf. bisa mendapatkan indukan murai batu dengan sifat-sifat istimewanya.Semoga ketiganya bisa memberikan sumbangsih yang besar terhadap dunia kicauan tanah air, amin.

UP DATE CALON INDUK SKL 721 SADEWA (1 Nopember 2013)

Manusia berencana Tuhan jua penentunya. Rencana hari Sabtu tanggal 2 Nopember 2013 kedua burung yang sudah nampak saling tertarik dan nampak jodoh karena saling ada interaksi dan si Jantan Bleketepe sudah bunyi kik kik kik .... merayu, tetapi ternyata pada Kamis pagi terlihat kepala betina mendongak ke atas dengan paruh terbuka yang merupakan satu pertanda terkena tetelo. Sudah berusaha diobati dengan obat burung ternyata tidak kunjung membaik. Bahkan Jum'at pagi tadi sudah tidak kuat menahan kepalanya. Dan akhirnya tepat pukul 13.00 WIB Tuhan menjemputnya. Innalillahi wa inna ilaihi roji'uun.



Sudah merupakan resiko jika bermain air akan basah, bermain api akan terbakar maka resiko "bermain" dengan makhluk bernyawa pasti "mainan" kita kehilangan nyawanya. Bersabar dan terus bersabar adalah salah satu kunci menangkar burung. Kematian momongan kita tidak boleh menyurutkan niat dan melemahkan hati kita untuk terus optimis dalam usaha penangkaran kita. Semoga SKL 721 bahagia di alam surga sana, amin.

UP DATE CALON INDUK SKL 83 HITAM (3/04/2014)

Tiga hari panas menyengat melingkupi atmosfir udara kota Semarang. Kondisi ini menurunkan kondisi murai-murai di penangkaran kami terutama yang terdapat dalam kandang-kandang soliter. Anak betina dari trah Rambo kali ini yang menjadi korban. Akibat turunnya kondisi menjdikannya lemah terhadap serangan penyakit. Sebagaimana anak betina trah Sadewa di atas, betina trah Rambo SKL 83 hitam juga terkena tetelo.

Saat pertama kali kami sadari serangan itu segera kami tangani dengan intensif dan bisa terselamatkan dan nafsu makannya kembali sebagaimana semula. Kondisi ini melengahkan kami, keesokan harinya pada sore hari baru kami sadari bahwa ternyata belum sepenuhnya recovery itu mencapai 100%. Kami tangani lagi secara intensif tetapi ternyata malam hari sekita pukul 20.00 WIB sudah tidak kuat bertengger dan jatuh di lantai kandang. Pada jam 21.00 WIB nafas terakhrnya berhembus. Innalillahi wa inna ilaihi roji'uun.

Jantan si Onde-onde yang berada di kandang sampingnya (keduanya dalam proses penjodohan) melihat kematian calon pasangannya itu. Tidak tahu apa yang berkecamuk dalam benaknya. Karena saat si SKL 83 terkena tetelo dan sembuh gantian si Onde-onde yang terkena tetelo, tetapi dia tidak lama, hanya sebentar kemudian sehat lagi.

Ini penampakan jenasahnya:



Jadi dia menghirup udara dunia hanya dalam usia sekitar 8 bulan sesaat setelah pergantian bulu dari bulu trotol ke bulu dewasa sempurna. Dia meninggal saat sedang dalam kondisi cantik-cantiknya. Selamat jalan SKL 83..., semoga kamu bahagia "disana". Amin.

Ini video kenangan terakhir beberapa hari sebelum SKL 83 menghembuskann nafas terakhirnya:



Selasa, 25 Juni 2013

LARWO (MURAI BATU JAWA)

Larwo (Murai Batu Jawa), Copsychus malabaricus ssp. Javanus

Pada masa kecil saya di Jawa Timur, saat saya hanya bisa memfavoriti emprit, manyar, kutilang, dan termewah burung betet, saya sering mendengar bahwa ada satu burung yang ramai dibicarakan penghobi burung, yaitu Larwo. Kata Larwo merupakan singkatan dari “lar-e dowo” yang artinya bulunya panjang. Saya tidak terlalu memusingkan untuk lebih jauh mencari tahu atau menginginkan untuk memilikinya karena saya beranggapan bahwa jenis burung tersebut merupakan “mainan” orang dewasa. Akibat dari ketidakpedulian saya tersebut, saya menjadi tidak pernah tahu seperti apa sosoknya.

Setelah menggeluti penangkaran murai batu, saya baru tahu bahwa larwo merupakan salah satu sub spesies dari murai batu yang saat ini sudah menjadi langka keberadaannya di alam. Naluri menangkar saya langsung terangsang, sehingga terbersit sahwat saya untuk menangkarkannya dalam rangka pelestarian.

Untuk pertama kalinya dalam hidup, saya melihat sosok murai batu asli Jawa / Larwo pada bulan Mei 2013 lalu berkat kebaikan hati seorang sahabat dari Yogyakarta. Larwo tersebut menurut ceritanya diperoleh dari hutan Jawa Timur, berjenis kelamin jantan dan baru berumur 8 bulanan. Ciri-ciri persis sebagaimana yang saya baca di berbagai artikel yang ada di internet. Tubuh kecil, bulu warna hitam di dada sampai mendekati daerah perut dan bulu kepala jabrik saat emosi. Meski kecil sosoknya ternyata saat ngeplong suaranya juga keras dan pedas.

Meski nyanyiannya masih sangat jarang dilantunkan, saya sudah merasa “mongkog” bahagia dan bangga, karena sudah ada modal awal untuk menuju ke arah pelestarian murai batu Jawa yang sudah langka. Untuk mewujutkan proyek tersebut masih memerlukan waktu yang tidak tentu karena sebagaimana larwo jantan, larwo betina lebih sulit lagi untuk mendapatkannya.

Inilah sosoknya:





Mohon bantuan Sahabat dan Saudara semua untuk mewujutkan misi ini, baik berupa informasi keberadaan Larwo Betina atau bila ada sahabat yang memilikinya dan berniat menghibahkannya, saya dengan bangga akan menerima kepercayaan untuk mengembangkannya. Saya tidak akan menjual anakannya. Setelah berkembang menjadi beberapa pasang, anakan selanjutnya setelah besar akan saya serahkan ke pengelola taman nasional di Jawa untuk dilepasliarkan. Tujuannya tidak lain agar si Larwo Murai Batu Jawa tidak punah dan generasi mendatang tidak hanya mengenal namanya saja. Semoga niat saya ini mendapatkan ridho Allah S.W.T. Amin. 

Dibawah ini beberapa artikel tentang si Larwo yang sudah ada di dunia maya untuk menambah wawasan kita:

Artikel dari http://omkicau.com/

Burung larwo, riwayatmu kini….

Burung larwo pernah populer di kalangan penghobi burung “jadul” di Jawa ketika burung murai batu Sumatera atau Kalimantan belum membanjiri pasar-pasar burung Pulau Jawa dan ditangkar para penghobi burung di Pulau Jawa.
Larwo memang identik dengan murai batu karena dia masih satu genus dengan nama Copsychus malabaricus ssp. javanicus (Murai Batu Jawa). Jadi salah kalau ada yang mengartikan bahwa larwo berbeda dari murai batu.
Pada beberapa tahun lalu, burung ini masih banyak terlihat di sekitar hutan-hutan di pegunungan di Pulau Jawa. Habitat larwo mulai dari Ujung Kulon sampai Gunung Kidul dan beberapa tempat lainnya.
Penangkapan dan pembabatan hutan yang terus berlangsung, menjadikan burung ini lambat laun menghilang. Pada saat yang sama, tidak ada upaya penangkaran burung larwo.
Ciri-siri khusus
Sepintas tidak ada perbedaan mencolok antara larwo ini dengan murai batu jenis lain asal daerah Sumatera ataupun Kalimantan. Namun kalau kita perhatikan dengan seksama akan jelas perbedaannya yaitu ukuran tubuhnya yang lebih kecil dari murai batu Sumatera dan juga batas garis dada yang berwarna hitam yang berakhir di perutnya. Sementara murai batu Sumatera dan Kalimantan rata-rata batas hitamnya sampai bagian dada saja.
Perbedaan lainnya adalah performa ketika bersuara, yakni bulu-bulu di kepalanya akan berdiri seperti jambul.


Ciri ciri khusus murai batu jawa
Suara burung ini mirip dengan burung murai batu jenis lainnya. Beberapa kicau mania menyebutkan bahwa suaranya kurang variatif tapi ada juga yang menyebutkan bahwa suaranya hampir sama dengan murai batu lainnya (variatif).
Menurut saya, sebagaimana penentuan “kualitas” burung murai batu secara umum, ada pada karakter dari burung itu sendiri. Jika ada yang mengatakan burung larwo bersuara variatif atau sebaliknya, hal itu tergantung karakter burung dan tentu saja perawatan dan pemasteran jika burung itu ada dalam pemeliharaan tangan manusia.
Sebagaimana disebutkan pada awal artikel ini, keberadaan larwo sudah jarang dan di hutan-hutan Pulau Jawa juga sudah nyaris punah. Dengan demikian, sangat diharapkan adanya upaya penangkaran terhadap larwo demi pelestariannya. (*)


Larwo (Murai Batu Jawa),
Copsychus malabaricus ssp. Javanus
burung ini, pada masa dahulu pernah mengalami masa jaya, hidup bebas di alam pulau Jawa. Tetapi pada beberapa tahun terakhir ini, populasi burung ini bisa dikatakan nyaris punah. Bahkan tidak diketahui apakah burung ini masih ada atau tidak.

Perburuan terhadap burung ini, karena dahulu burung ini termasuk burung yang disukai oleh penggemar burung. Sehingga perburuan yang tidak terkendali menyebabkan burung ini terancam kehidupannya di alam liar. Selain itu akibat perusakan hutan, karena pelebaran areal perkebunan, maupun pelebaran areal pertanian masyarakat pulau Jawa yang semakin bertambah. Habitat burung ini terganggu dan habitat kesukaannya hilang, menyebabkan burung ini harus bersarang di tempat-tempat yang tidak disukainya. Akibatnya perkembangbiakan burung ini di alam tidak berjalan dengan baik.

Populasi burung Larwo ini, diperkirakan hanya tinggal belasan ekor saja.
Terakhir ditemukan burung ini pada tahun 2001 di Jawa Tengah, tinggal beberapa ekor saja. Setelah itu hingga saat ini tidak pernah ditemukan lagi. Apakah burung ini sudah punah ?


Copsychus malabaricus javanus (Kloss, 1921) male RMNH.AVES.129567

Creator: Verbeek, F.A.Th.H.
Geographic coverage: M. Java, Res. Rembang Randoeblatoeng
Date: [1927]
Type: specimen skin
Subject: male; Copsychus malabaricus javanus (Kloss, 1921)
Identifier: RMNH.AVES.129567
Rights: Images copyright NCB Naturalis
Data provider: Netherlands Centre for Biodiversity Naturalis
Provider: STERNA
Providing country: Netherlands





dari forum http://www.kicaumania.or.id/ yang diposting oleh suwarno71 pada 9 Maret 2012

Terimakasih untuk moderator yang sudah membuka kembali thread ini. 



Saya hanya akan menegaskan agar kita mempunyai asumsi yang sama tentang sosok atau ciri-ciri burung Larwo (Copsychus malabaricus javanus) agar tidak saling mendebatkan suatu burung yang wujudnya sama sekali belum pernah dilihat oleh kita. Sehingga cerita-cerita tentang Larwo menjadi suatu "Legenda" saja. Atau mungkin mendebatkan suatu burung yang sebenarnya sudah pernah kita lihat bersama tetapi kurang landasan pengetahuan tentang burung tersebut.


Istilah Larwo adalah sebutan masyarakat lokal di Jawa atau Pulau Jawa untuk jenis burung Murai Batu (Copsychus malabaricus). Seiring dengan perkembangan zaman, populasi Larwo-pun berangsur-angsur mulai sedikit dan langka. Hal ini disebabkan karena eksploitasi dari masyarakat untuk diperdagangkan dan alih fungsi hutan (lahan) sebagai habitat Larwo karena berbagai macam sebab, termasuk proses seleksi alam. Untuk mengatasi ketersediaan larwo di Pasar, banyak para pedagang yang kemudian mendatangkan dari luar pulau jawa. Sampai akhirnya justru malah sampai sekarang mendominasi di pasaran.

Tentang keberadaan Larwo sendiri tidak jelas sampai sekarang, apakah masih ada atau tidak. Tetapi yang jelas lembaga-lembaga penelitian kehutanan tidak pernah membuat suatu laporan tentang ditemukannya spesies Larwo di hutan-hutan di Pulau Jawa. Satu-satunya penelitian yang ada, yang membuktikan bahwa spesies Larwo pernah hidup di tanah Jawa adalah penelitian oleh ilmuan asal Belanda, Kloss pada tahuan 1921.

Dokumen-dokumen penelitian tentang Larwo sekarang ini masih tersimpan di Ruksmuseum van Natuurlijke Historie, di Leiden. Berikut adalah data-data dimaksud:



Larwo yang ditemukan di Semarang




Larwo Yang ditemukan di Rembang




Larwo yang ditemukan di Randublatung (Blora)




Larwo yang ditemukan di Gedangan




Larwo yang ditemukan di Cepu



Foto-foto Larwo diatas merepresentasikan bahwa di Pulau Jawa pun ada berbagai jenis spesies Larwo. Larwo yang ditemukan di Semarang secara fisiologis mirip dengan Murai Batu Nias (Ekor hitam). Jika melihat dari foto-foto tersebut (dengan background kawat ayakan pasir yang mempunyai diameter per kotaknya sekitar 1 cm, maka panjang rata-rata Larwo adalah 20 cm (diukur dari ujung paruh sampai ekor). Sedangkan panjang rata-rata ekor berkisar 10 cm, dan panjang badan sekitar 8 cm.

Data-data inilah yang dapat dijadikan pedoman tentang ciri-ciri Larwo. Tetapi jika ada rekan-rekan yang meyakini mempunyai Larwo dalam perpekstif yang lain monggo di share.

Mudah-mudahan informasi ini dapat membantu. Terima kasih

Jumat, 22 Februari 2013

BURUNG GURU MURAIKU

BURUNG MASTER

Selain menggunakan suara burung yang disimpan dan diputar dalam format MP3, di padepokan Watugunung juga mengoleksi burung-burung aslinya, antara lain:

1. CILILIN COKLAT
2. LOVEBIRDS
3. JALAK SUREN
4. PELATUK
5. MANYAR
6. BRANJANGAN
7. SRINDIT



TROTOLAN SI LOCHNESS BELAJAR NGRIWIK (tetasan 18 Januari 2013 / umur 1 bulan)
Semoga trotolan / anak murai batu yang menetas di padepokan Watugunung memiliki nyanyian yang merdu, amin.


Kamis, 17 Januari 2013

BOHR DAAN F2


PERMINTAAN VIDEO DAN FOTO BORDAN

Seorang saudara saya di Banjarmasin sangat pingin tahu dengan anakan bordan f2 dari tangkaran saya. Saya mengoleksi 3 ekor anak bordan f2. Yang pertama sudah diasuh sahabat saya di Semarang juga beserta dengan pasangannya (saya beri nama si Kuriyus). Yang kedua, yaitu bordan yang pernah saya up load pada bulan Pebruari 2012, bordan f2 yang mau bernyanyi meski dalam genggaman saya. Dan yang akan saya up load ini adalah adiknya atau yang ketiga.

Induk Jantannya merupakan bordan f1 yang saya peroleh dari Anda Priyono, penangkar Solo. Menurutnya bapak dari f1 ini merupakan murai berprestasi. Baorda f2 ketiga ini saya rekam pagi tadi, meski tangan dan hp jadul saya mendekat tetapi tetap saja ngriwik sebagai tanda waspada. Inilah penampakannya:




Akhirnya, setelah melihat penampakan di atas, Saudara saya tersebut sangat berkeinginan untuk mengadopsinya. Dan pada hari Sabtu tanggal 19 Januari 2013, Bohr Daan yang merupakan salah satu kesayangan keluarga kami ini harus terbang ke Banjarmasin. Mencari jalan pulang ke tanah leluhur. Semoga engkau bahagia di sana..... dan nyanyianmu akan senantiasa memberi kebanggaan dan kedamaian kepada Tuanmu .... Amin.
Selamat Jalan, Hibur dan Buat Bangga Tuanmu